Ada banyak penyebab terjadinya insiden dalam dunia penerbangan salah satu faktornya adalah faktor cuaca. Cuaca selalu menjadi pokok masalah yang menarik dalam membahas transportasi udara. Beberapa kecelakaan pesawat yang terjadi juga sering dikaitkan dengan faktor buruknya cuaca di suatu wilayah tertentu.
BMKG selaku instansi dalam hal informasi cuaca dan iklim juga sangat memiliki peran penting dalam dunia penerbangan. Informasi cuaca selalu diberikan setiap waktu pada saat pesawat akan melakukan pendaratan ataupun lepas landas. Informasi cuaca tersebut biasanya meliputi beberapa unsur cuaca yang diantaranya adalah jarak pandang, tekanan udara, kecepatan dan arah angin, jenis dan ketinggian dasar awan, dan suhu udara.
Jarak pandang dilaporkan baik untuk jenis pesawat yang sudah otomatis maupun yang tidak otomatis. Dalam hal otomatis, ada beberapa jenis pesawat yang sudah dilengkapi dengan alat Instrumen Landing System (ILS), dan juga ada beberapa bandar udara yang sudah dilengkapi pula dengan Runway Visual Range (RVR) yang digunakan untuk memberikan informasi jarak pandang secara otomatis disekitar landasan. Secara manual, pelaporan jarak pandang yang dilakukan oleh pengamat cuaca dilakukan dengan posisi vertikal maupun horizontal. Ada hal-hal yang dapat mempengaruhi berkurangnya jarak pandang, yaitu hujan dan udara kabur. Adanya hujan dan udara kabur ini dapat mengakibatkan berkurangnya jarak pandang yang di amati. Udara kabur yang biasanya mempengaruhi dalam dunia penerbangan di Indonesia adalah asap, haze, mist dan fog. Pentingnya pelaporan jarak pandang ini dikarenakan agar pilot dapat mengetahui posisi dalam melakukan pendaratan yang tepat.
Tekanan udara merupakan salah satu unsur terpenting yang harus dilaporkan yang dibutuhkan dalam dunia penerbangan. Tekanan yang dilaporkan adalah QNH dan QFE. QNH adalah tekanan udara dari ketinggian permukaan laut (mean sea level), adapun QFE adalah tekanan udara pada suatu area ground atau landasan. Tekanan udara berbanding terbalik dengan suhu udara. Apabila suhu udara tinggi maka tekanan udara akan rendah dan sebaliknya, apabila suhu udara rendah maka tekanan udara akan tinggi. Dalam pengamatan, tekanan udara selalu berkaitan dengan suhu udara. Kesalahan dalam pemberian informasi tekanan udara, maka hal ini akan menjadikan salah penafsiran ketinggian oleh pilot yang akan berakibat fatal dalam penerbangan, terutama pada saat mendarat. Tekanan juga berpengaruh pada daya angkat pesawat saat pesawat melakukan lepas landas.
Arah angin perlu dilaporkan untuk menentukan dari mana dan kemana pesawat akan melakukan lepas landas ataupun pendaratan dengan memperhitungkan arah dan kecepatan angin. Perubahan arah dan kecepatan angin yang sangat signifikan juga harus segera dilaporkan dikarenakan untuk keselamatan penerbangan. Pesawat akan melakukan lepas landas selalu melawan arah angin (headwind). Arah angin yang perlu diwaspadai biasanya arah angin yang melintang dari samping (cross wind) dan arah angin dari belakang (tail wind). Dua kondisi arah angin ini yang perlu diwaspadai karena bisa berakibat fatal dalam pendaratan pesawat yang bisa menyebabkan pesawat keluar dari landasan.
Awan juga sangat dikhawatirkan dalam penerbangan karena dapat mengakibatkan arus naik dan arus turun dan juga perubahan kecepatan secara tiba-tiba, yang apabila posisi pesawat berada di bawah atau di dalam pada saat pesawat melakukan lepas landas maupun pendaratan sangat berbahaya dan akan mengakibatkan ketidak stabilan posisi pesawat. Awan memiliki 3 jenis yaitu awan rendah, awan menengah dan awan tinggi. Awan yang paling ditakuti dalam penerbangan adalah jenis Cumulonimbus (cb) dan awan towering cumulus (Tcu) namun biasanya adalah awan cb.
Informasi terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah suhu udara. Suhu udara wajib selalu diberikan dalam penerbangan. Suhu udara berpengaruh dalam daya angkat pesawat. Apabila suhu udara tinggi dapat memacu meningkatnya daya angkat yang harus dihasilkan oleh pesawat yang nantinya akan mempengaruhi penggunaan bahan bakar. Apabila suhu udara lebih rendah, udara akan lebih rapat daripada suhu udara ketika panas, hal ini yang menyebabkan pesawat memiliki daya angkat yang lebih pada saat lepas landas maupun pada saat pesawat akan mendarat, yang tentunya akan dapat mengurangi daya angkat yang dihasilkan pesawat yang mengakibatkan mengurangi penggunaan bahan bakar pesawat.
Comments
Post a Comment